Pengertian Etika
Utilitarianisme
Dalam tulisan
ini, penulis berusaha untuk mencoba memahami perkembangan etika Utilitarian itu
secara garis besar – yang cikal bakalnya bermuara pada prinsip-prinsip etika
utilitarian Jeremi Bentham – yang oleh kalangan filsuf ditempatkan sebagai
“maistro” dari aliran utilitarianisme ini. Bertolak dari nama utilitarisme
[yang di dalamnya mengandung kata
“utilis” berguna], telah menempatkan
paham ini sebagai ‘dasar etis’ dalam rangka memperbaharui hukum Inggris,
khususnya Hukum Pidana. Dan Bentham tidak bermaksud untuk menciptakan suatu
teori moral abstrak, akan tetapi mempunyai sebuah maksud yang sangat kongkrit.
Ia berasumsi bahwa hukum dibuat dalam rangka memajukan kepentingan warga
negara, dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi yang
disebut hak-hak kodrati. Di samping sebagai dasar etis, juga teori ini sering dianggap sebagai “etika sukses”, yaitu etika yang memberikan ciri pengenalan kesusilaan adalah
manfaat dari suatu perbuatan. Suatu perbuatan dikatakan baik jika membawa
manfaat atau kegunaan, berguna artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan
tidak menghasilkan yang buruk. Dalam teori ini juga ditemukan sebuah semboyang
yang sangat terkenal: “The greatest happiness of the greatest number” (kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang terbesar).
Utilitarianisme
adalah paham dalam filsafat moral yang menekankan manfaat atau kegunaan dalam
menilai suatu tindakan sebagai prinsip moral yang paling dasar, untuk
menentukan bahwa suatu perilaku baik jika bisa memberikan manfaat kepada
sebagian besar konsumen atau masyarakat. dalam konsep ini dikenal juga
“Deontologi” yang berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban.
Deontologi adalah teori etika yang menyatakan bahwa yang menjadi dasar baik
buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban seseorang untuk berbuat baik kepada
sesama manusia, sebagaimana keinginan diri sendiri selalu berlaku baik pada
diri sendiri.
Menurut paham
Utilitarianisme bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. Jadi,
kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan
berbagai hal yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian.
Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Etika
utilitarianisme berasal dari bahasa Latin, utilitas yang berarti kegunaan.
Paham ini menilai baik atau tidaknya sesuatu ditinjau dari segi kegunaan yang
didatangkannya.
Dikembangkan
oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill pada abad ke 19 sebagai kritik atas
dominasi hukum alam . Teori ini juga disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar
(the greatest happines theory) dan teori teleologis.
Konsep dasar
teori ini adalah suatu perbuatan yang secara moral adalah benar, jika:
• Membuat hal
yang terbaik untuk banyak orang
• Mampu memberi
manfaat bagi setiap orang
• Mendapatkan
manfaat terbaik dari manfaat-manfaat dari kemungkinan yang dipertimbangkan.
UTILITARIANISME
KLASIK
Berasal dari
tradisi pemikiran moral Inggris. Diawali dari pemikiran David Hume (1711-1776)
yang kemudian dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Dimaksudkan sebagai
dasar etis untuk memperbaharui hukum di Inggris khususnya hukum pidana, Bentham
juga mengadopsi prinsip hedonisme karena menurutnya perbuatan dinilai baik jika
dapat meningkatkan kesenangan dan sebaliknya. Prinsip utilitarianisme (the
greatest happines theory) menuai banyak kritik dan kesalahpahaman, namun
diluruskan oleh John Stuart Mill. Kelebihan prinsip ini ialah menggunakan prinsip
yang jelas dan rasional serta mempertimbangkan hasil perbuatan. Kritiknya
adalah sama seperti hedonisme, hanya
saja tidak memuat egoisme etis, prinsip yang digunakan tidak selamanya benar
dan tidak memberi jaminan bahwa kebahagiaan dibagi secara adil, tidak memberi
tempat pada “hak” dan Utilitarianisme sebagai sistem moral yang tidak
menerapkan keadilan.
UTILITARIANISME
ATURAN
Dikemukakan oleh
filsuf Inggris-Amerika, Stephen Toulmin.
Prinsip dasarnya
adalah kegunaan tidak harus diterapkan atas salah satu perbuatan yang kita
lakukan, melainkan atas aturan moral yang mengatur perbuatan yang kita terima
bersama.
Filsuf Richard
B. Brandt mengusulkan agar bukan aturan moral satu demi satu, melainkan sistem
aturan moral sebagai keseluruhan diuji dengan prinsip kegunaan. Bisa dikatakan
kelebihan utilitarianisme aturan ini adalah dapat terbebas dari kesulitan
utilitarisme perbuatan. Kritiknya adalah ketika dihadapkan pada dua aturan
moral, sehingga akan terjerumus pada utilitarianisme perbuatan.
Etika Utilitarianisme
Dikembangkan
pertama kali oleh Jeremi Bentham (1748 -1832).
Etika
Utilitarianisme adalah tentang bagaimana menilai baik buruknya suatu
kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara moral.
Teori
utilitarisme yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham ini terdapat beberapa
prinsip dasar yang merupakan ciri khas, diantaranya:
a. Bahwa alam
telah menempatkan manusia di bawah tuntunan dua guru, yaitu kelezatan
(pleasure) dan kesakitan (pain). Manusia adalah makhluk yang mencari kelezatan
(pleasure seekink) dan menghindari rasa sakit (pain avoiding). Prinsip tersebut
menurutnya harus ditetapkan secara kuantitatif agar dapat memberi etika
kemanfaatan atas dasar ilmiah (Titus, Smith Nolan, 1984: 149).
b. Kesenangan
atau kebahagiaan - ia memakai kata-kata ini sebagai sebuah sinonim - yang buruk
adalah penderitaan. Oleh karena itu, suatu keadaan jika mencakup kesenangan
yang lebih besar daripada penderitaan,
penderitaan yang lebih kecil daripada kesenangan, adalah lebih baik
daripada keadaan lain. Di antara semua keadaan yang mungkin itu, yang paling
terbaik adalah mencakup kesenangan yang lebih besar daripada penderitaan.
c. Bahwa
kebaikan - kebaikan adalah kebahagiaan pada umumnya, akan tetapi juga bahwa
setiap individu senantiasa memburu apa yang menurut keyakinannya merupakan
kebahagiaannya sendiri. Oleh sebab itu, menurutnya, tugas legislator adalah
menghasilkan keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan pribadi (Russel, Ibdi: 1008).
Kriteria dan
Prinsip Etika Utilitarianisme
Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa terdapat tiga kriteria prinsip etika utilitarianisme (
Keraf, 1998:94):
1. Manfaat,
yaitu bahwa kebijakan atau tindakan mendatangkan manfaat atau kegunaan
tertentu.
2. Manfaat
Terbesar, yaitu bahwa kebijakan atau tindakan itu mendatangkan manfaat besar
dibandingkan dengan alternatif lainnya. Dapat dikatakan bahwa tindakan yang
baik adalah tindakan yang menimbulkan kerugian terkecil.
3. Manfaat
Terbesar Bagi Orang Sebanyak Mungkin, yaitu bahwa suatu kebijakan atau tindakan
dinilai baik secara moral jika tidak hanya mendatangkan manfaat terbesar,
melainkan apabila mendatangkan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Bertindaklah
sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin
bagi sebanyak mungkin orang.
2.3 Nilai Postif
Etika Utilitarianisme
Menurut Keraf
(1998:96) terdapat tiga nilai positif etika utilitarianisme, yaitu:
1. Rasionalitas
Prinsip moral
yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku
yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme
memberikan kriteria yang objektif dan rasional.
2. Otonom
Etika
utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk berpikir
dan bertindak dengan hanya memperhatikan tiga kriteria objektif dan rasional
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Tidak ada paksaan bahwa orang harus
bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui alasannya.
3. Universal
Etika
utilitarianisme mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak
orang. Suatu tindakan dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi
manfaat terbesar bagi banyak orang.
Nilai positif
Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya. Rasionalnya
adalah kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan individual.
Secara universal semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba mensejahterakan
masyarakat dunia, selain membuat diri mereka menjadi sejahtera. berbisnis untuk
kepentingan individu dan di saat yang bersamaan mensejahterakan masyarakat luas
adalah pekerjaan profesional sangat mulia. Dalam teori sumber daya alam dikenal
istilah Backwash Effect, yaitu di mana pemanfaatan sumber daya alam yang terus
menerus akan semakin merusakan kualitas sumber daya alam itu sendiri, sehingga
diperlukan adanya upaya pelastarian alam supaya sumber daya alam yang terkuras
tidak habis ditelan jaman.
Etika
Utilitarianisme Sebagai Proses dan Standar Penilaian
Secara umum
etika utilitarianisme dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda, yaitu:
a. Etika utilitarianisme
digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan, kebijaksanaan atau untuk
bertindak.
b. Etika
utilitarianisme sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijaksanaan yang
telah dilakukan dan digunakan untuk mengevaluasi tindakan yang sudah
dijalankan.
Analisis Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan dan kerugian, cost and benefits
yang dianalisis tidak dipusatkan pada keuntungan dan kerugian perusahaan
b. Analisis
keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang. Dalam analisis
ini perlu juga mendapat perhatian serius, bahwa keuntungan dan kerugian disini
tidak hanya menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral.
c. Analisis
keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang. Benefits yang menjadi sasaran
utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Di dalam analisa
pengeluaran dan keuntungan perusahaan memusatkan bisnisnya untuk memperoleh
keuntungan daripada kerugian. Proses bisnis diupayakan untuk selalu memperoleh
profit daripada kerugian. Keuntungan dan kerugian tidak hanya mengenai
finansial, tapi juga aspek-aspek moral seperti halnya mempertimbangkan hak dan
kepentingan konsumen dalam bisnis. Dalam dunia bisnis dikenal corporate social
responsibility, atau tanggung jawab sosial perusahaan. Suatu pemikiran ini
sejalan dengan konsep Utilitarianisme, karena setiap perusahaan mempunyai
tanggaung jawab dalam mengembangkan dan menaikan taraf hidup masyarakat secara
umum, karena bagaimanapun juga setiap perusahaan yang berjalan pasti
menggunakan banyak sumber daya manusia dan alam, dan menghabiskan daya guna
sumber daya tersebut.
Kelemahan Etika Utilitarianisme
a. Manfaat
merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit
b. Etika
utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan
dengan akibatnya.
c. Etika
utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
d. Variabel yang
dinilai tidak semuanya dapat dikuantifikasi
e. Seandainya
ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka akan ada
kesulitan dalam menentukan proiritas di antara ketiganya
f. Etika
Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi
kepentingan mayoritas.
Kesulitan dalam
penerapan Utilitarianisme yang mengutamakan kepentingan masyarakat luas
merupakan sebuah konsep bernilai tinggi, sehingga dalam praktek bisnis
sesungguhnya dapat menimbulkan kesulitan bagi pelaku bisnis. misalnya dalam
segi finansial perusahaan dalam menerapkan konsep Utilitarianisme tidak terlalu
banyak mendapat segi manfaat dalam segi keuangan, manfaat paling besar adalah
di dalam kelancaran menjalankan bisnis, karena sudah mendapat ‘izin’ dari
masyrakat sekitar, dan mendapat citra positif di masyarakat umum,namundari segi
finansial, Utilitarianisme membantu (bukan menambah) peningkatan pendapat perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Sutrisna,
Dewi. 2011. Etika Bisnis : Konsep Dasar, Implementasi dan Kasus. Denpasar :
Udayana University Press.
2) Velasquez,
Immanuel G. 2005. Etika Bisnis, Konsep dan Kasus-Edisi 5. Yogyakarta : ANDI
Yogyakarta.
3) Apriyono,
Ricky Dwi. 2012. Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis.
http://yuumenulis.wordpress.com/2012/11/07/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.
(diakses pada tanggal 9 Juli 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar